The
location was once the market is a rather broad field, muddy and a bit
muddy, too many trees beringinnya, east (non-permanent building) is a
former tomb of the Dutch people. This place is officially used as a
venue for meeting people, after being appointed by the Sultan of
Yogyakarta in 1758. After that people began to exploit by establishing
Payon Payon as a shade-sun and rain.
"EENDER MOOISTE PASSER OP JAVA"
atau salah satu pasar terindah di Jawa bukanlah sebutan yang berlebihan
untuk pasar Beringharjo. Pasar yang berkonstruksi beton bertulang dalam
bentuk dan wujud yang akrab dengan arsitektur tropis ini juga merupakan
pasar tertua yang keberadaanya mempunyai nilai historis dan filosofis
yang tidak dapat dipisahkan dengan kraton Yogyakarta.
Pasar
tradisional yang terus berkembang ini dibangun di atas tanah seluas 2,5
hektar dan mengalami rehabilitasi sebanyak dua kali pada tahun 1951 dan
1970. Seiring dengan perkembangan zaman dan pemerintahan, maka pasar
Beringharjo diambil alih oleh pemerintah kota Yogyakarta.
Pasar Beringharjo merupakan salah satu komponen dalam pola tata kota
Kerajaan, biasa disebut pola “Catur Tunggal” yaitu Keraton, Alun-alun,
Pasar dan Masjid (Bangunan Suci).
Lokasi pasar dulunya merupakan lapangan yang agak luas, berlumpur dan agak becek, juga banyak pohon beringinnya, sebelah timur (bangunan non permanen) adalah bekas makam orang-orang Belanda. Tempat ini secara resmi dipergunakan sebagai ajang pertemuan rakyat, setelah ditunjuk oleh Sri Sultan Yogyakarta tahun 1758. Setelah itu orang-orang mulai memanfaatkan dengan mendirikan payon-payon sebagai peneduh panas dan hujan.
Lokasi pasar dulunya merupakan lapangan yang agak luas, berlumpur dan agak becek, juga banyak pohon beringinnya, sebelah timur (bangunan non permanen) adalah bekas makam orang-orang Belanda. Tempat ini secara resmi dipergunakan sebagai ajang pertemuan rakyat, setelah ditunjuk oleh Sri Sultan Yogyakarta tahun 1758. Setelah itu orang-orang mulai memanfaatkan dengan mendirikan payon-payon sebagai peneduh panas dan hujan.
Keadaan
semakin berkembang hingga Pemerintah memandang perlu membangun pasar
yang representatif dan layak sebagai pasar pusat di Yogyakarta.
Nederlansch Indisch Beton Maatschapij ditugaskan membangun los-los pasar
pada tanggal 24 Maret 1925. Pada akhir Agustus 1925, 11 kios telah
terselesaikan, dan kemudian menyusul yang lainnya secara bertahap. Pada
akhir Maret 1926, pembangunan pasar selesai dan mulai dipergunakan
sebulan setelah itu
Sedangkan
nama Beringharjo sendiri baru diberikan setelah bertahtanya Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. Beliau memerintahkan agar nama-nama Jawa yang
dipergunakan untuk semua instansi di bawah Kasultanan Ngayogyakarta.
Nama Beringharjo dinilai tepat karena lokasi pasar merupakan bekas hutan
beringin dan beringin merupakan lambing kebesaran dan pengayoman bagi
banyak orang. Jadi hal itu sesuai dengan citra pasar yang sempat
terbakar pada tahun 1986 ini sebagai pasar pusat atau pasar “Gede” bagi
masyarakat Yogyakarta.
Tips & Trik menikmati mengunjungi Pasar Beringharjo
- Harga barang di pasar ini umumnya dapat ditawar jika Anda menghendaki. Pandai-pandailah menawar!
- Hati-hati dengan copet sewaktu berada di pasar beringharjo.
- Hati-hati dengan copet sewaktu berada di pasar beringharjo.
Sumber:http://gudeg.net/id/
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Judul : PASAR BERINGHARJO JOGJA
Dipostkan Oleh : Unknown
Anda sedang atau telah membaca artikel PASAR BERINGHARJO JOGJA. Terima kasih atas kunjungan dan perhatiannya, Salam kenal dari Dee Kaa
Judul : PASAR BERINGHARJO JOGJA
Dipostkan Oleh : Unknown
Anda sedang atau telah membaca artikel PASAR BERINGHARJO JOGJA. Terima kasih atas kunjungan dan perhatiannya, Salam kenal dari Dee Kaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar